Tuesday, November 4, 2025

Belajar Jadi Proaktif dari Pak Tanadi Santoso


Aku salah satu penggemar berat Pak Tanadi Santoso, pemilik Radio Bisnis PAS FM. Dulu hampir setiap hari aku dengerin sesi Business Wisdom yang diputar di radio itu.

Suaranya tenang, nadanya mantap, dan setiap ceritanya selalu mengandung pelajaran hidup yang praktis banget buat dunia bisnis. Bukan teori yang ngawang, tapi kisah nyata yang bisa langsung diterapkan.

Aku selalu kagum dengan cara beliau menyampaikan ide-ide besar dalam bentuk cerita sederhana. Cerita yang kadang cuma butuh lima menit buat didengar, tapi bisa menempel di kepala bertahun-tahun.

Sampai suatu hari, aku nemu video beliau di YouTube. Waktu itu Pak Tanadi sedang ngisi acara TEDx Surabaya.

Dan di situ, beliau menjelaskan satu teori yang sampai sekarang aku pegang erat-erat  tentang bagaimana menjadi orang yang proaktif dalam berbisnis dan kehidupan.


Teori Sederhana yang Mengubah Cara Pandangku

Kata Pak Tanadi, kalau kita punya masalah atau menginginkan sesuatu, jangan langsung menyalahkan keadaan, orang lain, atau situasi.

Tapi cobalah tanyakan satu pertanyaan sederhana ini kepada diri sendiri:

“Apa yang harus saya lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?”

Sederhana banget kan? Tapi ternyata dampaknya luar biasa.

Pak San menjelaskan bahwa saat kita menanyakan hal seperti itu, secara bawah sadar otak kita mulai bekerja.

Otak memproses pertanyaan itu, lalu membuka “file-file lama” yang tersimpan di memori  pengalaman, pengetahuan, intuisi, bahkan hal-hal kecil yang pernah kita baca atau dengar.

Semua data itu lalu dianalisis dan dihubung-hubungkan. Otak mulai menyusun kemungkinan solusi, menimbang mana yang bisa dicoba, dan tiba-tiba… klik!

Kita menemukan ide. Itulah kekuatan dari pertanyaan “apa yang harus saya lakukan?”

Kata kuncinya adalah “saya”. Dengan menempatkan “saya” sebagai subjek, tanggung jawab ada di tangan kita. Kita berhenti jadi korban keadaan, berhenti menyalahkan siapa pun. Dan saat kita berhenti menyalahkan, kita mulai berpikir.

Saat mulai berpikir, kita mulai bertindak. Dan dari situlah, perubahan mulai terjadi.


Dari Teori ke Kebiasaan

Sejak saat itu, teori Pak Tanadi jadi pegangan hidupku. Setiap kali aku menghadapi masalah, aku biasakan untuk menanyakan hal itu ke diriku sendiri.

Misalnya, waktu dulu bisnis bimbingan belajarku harus tutup  aku gak larut dalam kesedihan terlalu lama.

Aku cuma duduk diam, lalu berpikir:

“Oke, ini sudah terjadi. Sekarang apa yang harus saya lakukan supaya bisa bangkit lagi?”

Dan entah bagaimana, selalu ada aja jalan. Kadang idenya muncul waktu mandi, kadang pas lagi nyetir, kadang malah pas ngobrol santai.

Aku percaya, itu karena otakku terbiasa berpikir mencari solusi, bukan mencari kambing hitam. Tapi tentu aja, agar otak bisa menemukan solusi yang bagus, bahan bakarnya harus bagus juga.


Memberi “Makanan” untuk Otak

Aku sadar, ide gak muncul dari ruang kosong. Karena itu aku rajin banget baca majalah bisnis, buku-buku marketing, manajemen, dan kisah para pengusaha sukses.

Bahkan dulu aku langganan majalah SWA, cuma biar tahu pola pikir dan strategi orang-orang besar di dunia usaha.

Semua informasi itu aku serap dan simpan dalam kepala. Bukan buat dihafal, tapi buat memperkaya referensi otakku. Jadi ketika suatu masalah datang, otakku punya banyak “bahan mentah” untuk diramu jadi solusi. 

Dan memang benar, kebiasaan sederhana itu pelan-pelan mengubah caraku berpikir. Aku jadi lebih optimis, lebih kreatif, dan lebih tahan banting. Kalau orang lain bilang “wah, susah itu!”, aku justru mikir,

“Oke, susah sih… tapi apa yang bisa saya lakukan supaya ini bisa jalan?”


Melompat dari Satu Dunia ke Dunia Lain

Mungkin kebanyakan orang akan heran melihat perjalananku: Dari guru matematika, lalu jadi pebisnis, lalu jadi personal assistant CEO. Kalau dipikir-pikir, gak ada benang merah yang jelas di antara semua profesi itu.

Tapi kalau ditarik dari pola berpikirnya, semua berawal dari satu hal: proaktif mencari jalan, bukan menunggu keajaiban. Karena teori sederhana dari Pak San itulah, aku berani melangkah ke bidang baru.

Aku gak pernah merasa “ah, aku kan gak punya pengalaman di situ”, tapi malah berpikir,

“Apa yang bisa saya pelajari supaya aku bisa kerja di bidang itu?”

Dan ternyata, saat mindset kita kayak gitu, dunia terasa lebih terbuka. Kesempatan lebih mudah datang karena kita siap.


Efek Jangka Panjang

Kalau aku pikir-pikir sekarang, mungkin teori dari Pak Tanadi ini juga yang membuat growth mindset-ku terbentuk lebih kuat.

Karena setiap kali ada tantangan, aku gak berhenti di “aduh, gimana ini?” tapi langsung lompat ke “apa yang bisa saya lakukan?”

Proses itu bikin aku gak gampang pesimis. Otakku udah kayak otomatis nyari solusi, bahkan tanpa disuruh. Dan karena aku terbiasa gitu, setiap kali hidup berubah arah  dari bisnis ke kantor, atau sebaliknya  aku gak terlalu takut. Aku percaya selalu ada jalan asal aku mau mikir dan bergerak.


Ujung dari Semua Ini

Sekarang, setiap kali aku dengar suara Pak Tanadi di YouTube atau di radio, rasanya kayak nostalgia. Beliau bukan cuma penyampai teori bisnis, tapi mentor yang membentuk cara berpikir banyak orang  termasuk aku. 

Dari beliau aku belajar satu hal penting:

“Jangan menunggu dunia berubah, tapi ubahlah cara kita merespons dunia.”

Teori kecil tentang pertanyaan “apa yang harus saya lakukan?” itu ternyata bukan cuma teori bisnis. Itu teori hidup.

Karena dalam hidup, yang bisa kita kendalikan hanyalah diri sendiri. Dan selama kita mau bertanya dan bertindak, kita gak akan pernah kehabisan jalan.

Terima kasih, Pak San, atas ilmu yang diberikan. Satu kalimat sederhana dari Bapak sudah jadi panduan hidupku sampai hari ini.


No comments:

Post a Comment