Suatu hari aku di ajak adikku untuk membeli es tebu di Taman Bungkul Surabaya. Katanya es tebu yang di sini lebih enak dari yang biasanya aku beli. Karena penasaran, aku mengiyakan ajakan adikku.
Setibanya di sana, aku harus mengantri untuk menikmati segelas es tebu. Wah gila bener ini yang jual. Pasti enak sekali. Setelah beberapa lama mengantri, akhirnya tiba juga es tebunya. Warnanya hijau, seperti warna tebunya. Beda dari es tebu warna coklat yang biasa aku minum.
Tapi aku sedikit dongkol juga, isinya lebih sedikit dari yang biasa aku beli. Tapi setelah aku minum, memang rasanya juga nggak terlalu enak-enak banget, tapi cukup khas. Dan aku harus mengeluarkan Rp 4000 untuk segelas es tebu. Lebih mahal 2 kali lipat dari biasanya, lebih malah.
Kok bisa ya, menjual es tebu di pinggir jalan dengan harga lebih dari dua kali lipat, porsinya lebih sedikit dan laris?
Apa rahasianya??
Setelah bertanya-tanya dengan penjual, adikku serta pembeli yang lain. Dan mengamati dengan seksama, akhirnya aku menemukan jawabannya.
Sebenarnya rahasianya ada pada tag line-nya. “Rajanya Tebu – Es Tebu Murni”. Sebuah differensiasi yang unik dan memiliki nilai jual yang lebih. Sebagian besar pembeli mengatakan membeli es ini karena memang murni dari tebunya asli. Tidak ada penambahan obat gula / gula dan air. Jadinya kalau mengkonsumsi es tebu ini lebih sehat.
Differensiasi ini di dukung oleh servis yang cukup smart dari penjualnya. Jadi dalam menyajikan es tebu, penjual menggiling dulu tebunya di depan pembeli. Secara tidak langsung menguatkan pembeli kalau es tebu yang mereka minum benar-benar murni. Tidak hanya itu, kesan bersih dan higienis juga ditonjolkan oleh penjualnya. Hal ini dapat dilihat dari cara penjual menggiling tebunya dan bagaimana tempatnya dijaga selalu bersih.
Aku lalu menyimpulkan, kalau kita dapat menjual barang yang sama tapi dengan harga yang lebih tinggi dengan melakukan differensiasi yang jelas. Dan didukung pula oleh servis yang menguatkan differensiasi tersebut.
No comments:
Post a Comment