Thursday, January 18, 2018

Kuasa ALLAH mencukupi hambanya



Setelah tumbuh menjadi kepala keluarga, saya merasakan apa yang ibu saya rasakan. Ibu saya membesarkan saya seorang diri setelah Bapak almarhum di usia saya yang masih 5 tahun. Beliau menjalankan peran Ibu dan Bapak sekaligus.

Tak banyak yang menduga, seorang penjahit baju rumahan mampu menyekolahkan anaknya sampai dobble degree, Diploma ITS dan Sarjana Unair. Butuh perjuangan yang sangat keras.

Beliau tidak pernah komplian dengan apa yang terjadi. Tidak pernah putuh istiqomahnya dalam menjalankan rukun islam.

Saya tidak pernah menuntut ibu untuk membelikan saya makanan yang wah. Tahu dan tempe goreng ditolet dengan sambel kecap sungguh makanan yang sangat enak dan mengenyangkan. Apalagi dimakan saat nasi masih panas, hmmm mantap sekali rasanya.

Kadang aku lihat, Ibu makan nasi sama sambal saja. Supaya anaknya bisa makan nasi sama lauk. Saat teringat hal itu, saya tidak bisa menahan tangis saya. Tapi apa daya, saya masih belum bisa berbuat apa-apa. Ibu juga selalu melarang saya untuk membantu, beliau hanya minta saya untuk belajar yang rajin dan mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah.

Sekarang saya sudah bisa hidup mandiri secara financial. Punya usaha kecil2an yang mampu memperkerjakan 9 orang. Semangat dan keuletan ibu menjadi teladan bagi hidup saya. Doanya juga tidak pernah berhenti untuk saya.

Dari Ibu, saya belajar tentang keteladanan yang menginspirasi anaknya. ING NGARSO SUNG TULODHO.  Selaras dengan apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara.

Kisah ibu menjadi bukti nyata tentang kuasa ALLAH dalam mencukupi kebutuhan hamba. Terima kasih telah menjaga Ibu dan saya selama ini ya ALLAH.

Saya akan malu sekali terhadap ENGKAU jika saya menyia-nyiakan apa yang telah ENGKAU berikan kepada saya.

Jumat, 19 januari 2018

No comments:

Post a Comment