Saturday, January 20, 2018

Keyakinan dan Kesungguhan Hati Seorang Ibu



Sejak kecil Ibu selalu bilang untuk rajin belajar. Nilai di sekolah harus bagus, supaya bisa sukses di masa depan.  Beliau berkeyakinan kalau anaknya harus mendapatkan pendidikan yang bagus. Kalau bisa sampai perguruan tinggi.

Setiap hari, saya selalu belajar. Karena takut sama ibu. Kalau tahu saya mainan, pasti dimarahi. Kadang saya belajar sambil mendengarkan lagunya gombloh, sambil klesetan (baca: tidur-tiduran), atau sambil mendengarkan drama komedi trio borolo di radio suzana.

Buku yang sudah habis saya baca, sering kali saya ulang lagi sampai mblenger.  Saat sekolah, nilai harus 100. Salah sedikit dimarahi.  Hasilnya di SD, SMP dan STM selalu rangking 1. Hal ini juga berlanjut sampai perguruan tinggi. Baik di ITS atau Unair, nilai IP saya selalu cum claude.

Memang ada efek sampingnya dalam mengejar nilai tinggi di sekolah. Kehidupan sosial saya agak terganggu. Tidak pernah punya banyak teman waktu disekolah. Karena waktu habis buat belajar, bukan untuk main sama teman.

Dulu pas pulang sekolah, teman-teman selalu ngajak untuk main bola di lapangan belakang sekolah. Tetapi saya selalu menolak. Padahal kata teman-teman saya, tendangan dan heading saya kaya Oliver Bierhoff.

Tak banyak juga anak yang mengejek saya sebagai anak mama. Kesal sih, tapi lebih aman kalau gak ikut. Daripada Ibu nanti marah. Ha ha.

Akhirnya teman saya dirumah hanya televisi dan anime jepang.  Saya belajar peradaban dan kebudayaan jepang dari kebanyakan nonton anime. Kalau jaman dulu di Indosiar, film anime itu mulai dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Hal ini yang menyebabkan saya tidak begitu Njowo.

Saat sudah dewasa, akhirnya saya memaklumi apa yang Ibu telah lakukan. Ibu hanya lulusan SD. Kakak tertua dari 6 bersaudara. Waktu sudah punya anak, adiknya ibu masih kecil. Jadi harus mengurus saya dan adik-adiknya. Karena pada saat itu nenek sudah dipanggil yang kuasa. Jadi Ibu harus bantu kakek untuk mengurus rumah tangga.

Setelah saya lulus dari Manajemen Unair, karir saya meningkat dari hanya seorang staff SOP menjadi Manager HRD.  Lalu sekarang memberanikan diri menjadi seorang entreprener. Pengalaman ini menyadarkan saya, bahwa yang diyakini oleh ibu memang benar. Pendidikan adalah kunci untuk membuat perubahan.

Keyakinan itu yang akhirnya mengetuk pintu langit untuk mengabulkan doa-doa ibu. Walau Ibu hanya lulusan SD, tapi berhasil menyekolahkan anaknya sampai sarjana. Dengan bekal bismillah dan mesin jahit butterfly. Impian ibu tercapai. Anaknya sekarang telah mandiri.

Keyakinan dan kesungguhan dari ibu, telah membuat keajaiban.  Kurasa ALLAH akan selalu melihat keyakinan dan kesungguhan hambanya. Walau secara logika tidak masuk akal. Rahmat ALLAH bisa merubah semuanya.

Bismillah, keyakinan dan kesungguhan ibu akan selalu kuingat dalam menjalani sisa hidup ini

Minggu, 21 januari 2018

No comments:

Post a Comment